10 Tren Digital Marketing 2026 yang Kamu Harus Tahu
Brandaya
8/27/20257 min read


Dunia digital marketing terus bergerak cepat. Apa yang berhasil hari ini, belum tentu relevan esok hari. Memasuki tahun 2026, para pebisnis dan pemasar dituntut untuk lebih cerdas, adaptif, dan inovatif dalam menyusun strategi. Berikut adalah 10 tren digital marketing yang diprediksi akan mendominasi pada tahun 2026.
1. Artificial Intelligence (AI) akan Mendominasi Strategi Konten
AI telah berevolusi dari sekadar alat otomatisasi menjadi partner kreatif. Data menunjukkan bahwa 54% content marketer sudah menggunakan AI untuk menghasilkan ide, meskipun hanya 6% yang menggunakannya untuk menulis artikel penuh (Orbit Media, 2024). Pada 2026, AI tidak hanya sekadar menulis, tetapi juga membantu personalisasi konten dalam skala besar, menganalisis data audiens secara real-time, dan mengoptimalkan kampanye untuk Return-on-Investment (ROI) yang lebih baik.
Contohnya, sebuah brand e-commerce dapat menggunakan AI untuk membuat deskripsi produk yang dioptimalkan SEO untuk ribuan item dalam hitungan menit, serta menghasilkan ide konten blog berdasarkan pertanyaan yang paling sering dicari pelanggan.
2. Short-Form Video adalah Raja dari Segala Format
Video pendek kini menjadi format dominan dalam lanskap pemasaran digital global. Data HubSpot (2025) menunjukkan bahwa short-form video menyumbang 29,18% dari keseluruhan format konten yang digunakan, melampaui popularitas blog maupun konten berbasis gambar. Keunggulan format ini terletak pada kemampuannya menghadirkan informasi yang singkat, padat, dan emosional, sehingga lebih mudah dikonsumsi oleh audiens dengan rentang perhatian yang semakin pendek.
Platform YouTube Shorts menempati posisi teratas dengan tingkat engagement sebesar 5,91% pada kuartal pertama 2024. TikTok berada di urutan kedua dengan engagement mendekati 5,75%, sementara Facebook/Instagram Reels mencatat angka sekitar 2% . Data ini memperlihatkan bahwa meskipun ketiganya sama-sama populer, ada perbedaan yang signifikan dalam efektivitas menjangkau audiens. Tren ini menegaskan bahwa konsumen semakin menyukai konten audio visual singkat yang kuat secara emosional, mudah dipahami, dan cepat dikonsumsi.
Bagi pelaku usaha, khususnya UMKM di Indonesia, peluang ini menjadi sangat menarik. Melalui video pendek, UMKM dapat melakukan:
Demonstrasi produk singkat yang mudah dipahami audiens.
Mengikuti tren musik dan challenge viral untuk memperluas jangkauan brand awareness.
Membangun brand personality yang lebih dekat dengan audiens.
Meningkatkan konversi melalui call-to-action (CTA) sederhana yang terintegrasi dengan fitur belanja di platform (misalnya TikTok Shop atau Instagram Shopping).
Contohnya, sebuah UMKM kuliner dapat membuat konten behind the scene proses memasak dengan tambahan musik populer. Dengan durasi 15–30 detik, konten tersebut tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga mendorong audiens untuk segera mencoba produk. Strategi ini terbukti efektif untuk memperkuat awareness sekaligus meningkatkan penjualan.
3. Personalisasi Berbasis AI untuk Customer Experience
Seiring berkembangnya penawaran dari berbagai brand, konsumen semakin mengharapkan pengalaman yang lebih personal. Menurut HubSpot (2023), email yang disegmentasi menghasilkan 30% open rate dan 50% click-through rate lebih tinggi daripada yang tidak. Pada 2026, personalisasi tidak hanya sekadar menyisipkan nama di cara brand berkomunikasi dengan pelangannya, namun akan jauh lebih canggih lagi dimana AI dapat menganalisis perilaku pengguna untuk menampilkan konten, penawaran, dan rekomendasi produk yang sangat relevan sesuai dengan intensi mereka.
Contohnya, Spotify secara rutin mengirim email atau push notification Mix of the Week yang isinya dikurasi khusus berdasarkan histori mendengar tiap pengguna, genre yang sering diputar, artis favorit, hingga waktu mendengarkan. Rekomendasi seperti Discover Weekly dan Release Radar juga disesuaikan secara dinamis, sehingga pengguna menemukan lagu yang relevan tanpa harus mencari. Pendekatan ini terbukti meningkatkan keterlibatan (lebih sering membuka dan memutar) sekaligus memperkuat loyalitas.
4. Voice Search Optimization Semakin Krusial
Dengan maraknya penggunaan asisten virtual seperti Siri, Alexa, Bixby, dan Google Assistant, optimasi untuk pencarian suara menjadi sangat penting. Fondasi dari tren ini adalah dominasi perangkat mobile, di mana data menunjukkan 80% Gen Z dan 62% Milenial kini mengutamakan pencarian mobile (HubSpot, 2023). Mayoritas pencarian sekarang terjadi di genggaman tangan, penggunaan suara menjadi langkah selanjutnya yang lebih cepat dan natural. Meskipun demikian, baru 13% pemasar yang telah mengadopsi optimasi voice search dalam strategi mereka, menandakan adanya peluang besar untuk menjadi yang terdepan (HubSpot, 2024).
Kunci dari Voice Search Optimization (VSO) adalah memahami bahwa pengguna tidak lagi "mengetik kata kunci" melainkan "mengajukan pertanyaan". Inilah mengapa konten situs web harus bergeser dari menargetkan kata kunci pendek seperti "restoran seafood Jakarta" ke frasa percakapan yang lebih panjang dan spesifik seperti "restoran seafood terdekat di Jakarta Selatan yang buka sampai malam".
Secara spesifik, kueri yang lebih panjang tersebut jauh lebih unggul untuk VSO karena:
Mencerminkan Bahasa Natural: Kueri tersebut adalah cara manusia berbicara di dunia nyata, bukan cara mesin mencari data. Asisten virtual dirancang untuk memahami dan merespons bahasa seperti ini.
Mengandung Maksud yang Jelas (User Intent): Kata "terdekat" dan "buka sampai malam" memberikan sinyal yang sangat kuat kepada mesin pencari. Ini bukan lagi sekadar riset, melainkan kebutuhan mendesak yang membutuhkan jawaban spesifik dan akurat.


Contoh dari Google Business Profile (Sumber: Post Planner)
Memicu Jawaban dari Sumber Spesifik: Pertanyaan seperti ini seringkali dijawab langsung oleh asisten suara dengan mengambil informasi dari Google Business Profile (GBP) untuk data lokasi dan jam buka, serta Featured Snippet untuk jawaban deskriptif lainnya.
5. Marketing Berbasis Audio & Podcast
Podcast dan konten audio bukan lagi menjadi sebuah niche. 91% marketer berencana mempertahankan atau menambah investasi mereka dalam podcast dan konten audio pada 2025 (HubSpot, 2025). Tren ini akan terus berkembang di 2026 karena kemudahan konsumsinya (seperti sambil berkendara, bekerja, dan lainnya) serta kemampuannya membangun koneksi intim dengan audiens.
Contohnya sebuah konsultan keuangan tidak hanya menulis blog yang mengharuskan audiens untuk membaca dengan fokus, tetapi juga dapat meluncurkan podcast mingguan yang membahas tips investasi untuk dapat didengarkan sambil beraktivitas, memudahkan audiens untuk mengkonsumsi konten secara lebih fleksibel.
6. Social Commerce akan Terintegrasi Penuh
Media sosial bukan lagi sekadar ruang untuk membangun brand awareness dan engagement, ia sudah menjadi gerbang utama dari pasar. Bahkan, 80% social media marketers memperkirakan konsumen akan semakin sering membeli langsung di dalam aplikasi media sosial dibanding di situs merek atau marketplace pihak ketiga (HubSpot, 2025). Laporan HubSpot (2025) menempatkan social media shopping tools sebagai kanal ketiga dengan ROI tertinggi untuk brand B2B secara global. Fitur seperti Instagram Shop, TikTok Shop, dan Facebook Marketplace memungkinkan transaksi tanpa keluar dari aplikasi.
Contohnya sebuah fashion brand dapat menggunakan fitur Product Tag pada unggahan Instagram untuk menandai pakaian yang dikenakan oleh model atau influencer, yang bisa langsung dibeli oleh followers-nya tanpa harus berganti aplikasi, sehingga memudahkan pelanggan untuk berbelanja, meningkatkan konversi untuk bertransaksi, dan meningkatkan performa penjualan bisnis.
7. Influencer Marketing yang Niche dan Autentik
Konsumen semakin cerdas dan lebih tertarik pada influencer mikro (micro-influencer) yang memiliki komunitas kecil namun engagement tinggi karena dianggap lebih autentik. Data HubSpot (2025) menunjukkan bahwa 22% marketer melaporkan influencer yang memiliki niche di Instagram memberikan ROI tertinggi dibandingkan influencer yang tidak memiliki niche tertentu.
Contohnya, alih-alih menggunakan selebritas mahal, brand suplemen kesehatan lebih memilih untuk berkolaborasi dengan influencer mikro yang fokus pada gaya hidup sehat dan fitness, yang audiensnya sangat tertarget dan memiliki engagement yang relatif lebih tinggi, sehingga menimbulkan kepercayaan lebih dengan rekomendasi yang diberikan olehnya.
8. Privasi dan First-Party Data menjadi Lebih Penting
Seiring Google yang secara bertahap menghilangkan kemampuan untuk melacak aktivitas pengguna di berbagai website, mengumpulkan dan memanfaatkan first-party data (data yang diberikan secara sukarela oleh konsumen) menjadi kunci kesuksesan. 87% marketer melaporkan bahwa data adalah aset perusahaan yang paling tidak termanfaatkan (Invoca, 2023). Strategi pada 2026 akan berfokus pada membangun data audiens yang dimiliki oleh brand, baik melalui newsletter, membership, maupun loyalty programs.
Contohnya, sebuah e-commerce menawarkan diskon 10% untuk pembelian pertama sebagai imbalan atas pendaftaran email dan pengisian kuis preferensi style. Data ini kemudian digunakan oleh marketer untuk personalisasi email marketing menyesuaikan preferensi style audiens tersebut, sehingga potensi konversi untuk membeli produk akan semakin meningkat.
9. Sustainability dan Ethical Marketing
Konsumen, terutama Gen Z dan Millennial, semakin peduli pada isu keberlanjutan dan etika bisnis. Menurut HubSpot (2025), 35% marketer memprioritaskan pembuatan konten yang mencerminkan nilai-nilai dari brand. Brand yang mampu mengkomunikasikan komitmen sosial dan lingkungannya secara autentik akan memenangkan hati konsumen.
Contohnya Burgreens menerapkan keberlanjutan dengan berfokus pada makanan vegetarian dan vegan yang sehat dan ramah lingkungan. Mereka berkomitmen pada pemberdayaan petani lokal dengan membeli bahan-bahan organik langsung dari petani dengan harga yang adil (fair trade). Komitmen ini tidak hanya sebatas pada produk, tetapi juga pada edukasi masyarakat tentang gaya hidup sehat dan berkelanjutan. Dengan demikian, Burgreens membangun citra merek yang otentik dan peduli terhadap isu sosial dan lingkungan, sejalan dengan nilai-nilai yang dianut oleh konsumen Gen Z dan Millennial.
Sementara itu, Kopi Kamu menunjukkan komitmen pada etika bisnis melalui inklusivitas. Dengan mempekerjakan barista penyandang down syndrome, Kopi Kamu menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan memberikan kesempatan yang setara bagi semua orang. Langkah ini merupakan bentuk pemasaran etis atau ethical marketing yang kuat, karena tidak hanya membangun citra positif, tetapi juga secara nyata memberikan dampak sosial. Kopi Kamu membuktikan bahwa bisnis dapat menjadi kekuatan untuk perubahan sosial, menginspirasi konsumen dan pelaku bisnis lain untuk lebih peduli terhadap isu-isu kemanusiaan.
10. Konten Interaktif untuk Engagement yang Maksimal
Konten interaktif seperti kuis, poll, calculator, dan Augmented Reality (AR) menjadi cara brilian untuk meningkatkan engagement dan mengumpulkan data. 14% marketer sudah menggunakan AR/VR dalam strategi pemasaran (HubSpot, 2024), dan kedepannya akan lebih banyak lagi marketer yang akan menerapkannya.
Contohnya, Starbucks sering menggunakan polling di Instagram Stories untuk bertanya kepada audiens tentang preferensi rasa kopi baru, tidak hanya meningkatkan interaksi tetapi juga mengumpulkan data berharga untuk riset pasar. Di dunia fashion dan kecantikan, Sephora memanfaatkan kuis interaktif di situs webnya dengan judul "Temukan Foundation yang Tepat untuk Kulitmu." Setelah menjawab beberapa pertanyaan, pengguna akan mendapatkan rekomendasi produk yang dipersonalisasi, sehingga proses belanja terasa lebih personal dan efisien.
Selain itu, teknologi Augmented Reality(AR) memberikan pengalaman mencoba produk secara virtual yang sangat praktis. IKEA memiliki aplikasi bernama IKEA Place yang memungkinkan pelanggan menempatkan model 3D dari furnitur ke dalam ruangan mereka melalui kamera smartphone. Fitur ini membantu pelanggan memvisualisasikan produk yang langsung ditempatkan di ruangan yang mereka inginkan secara virtual sehingga dapat mengurangi keraguan dalam memutuskan untuk membeli secara online. Di industri kosmetik, Maybelline juga menggunakan filterAR di situs web mereka, memungkinkan pengguna mencoba berbagai warna lipstik dan eyeshadow secara virtual, yang mendorong minat dan memperbesar konversi untuk membeli.
Kesimpulan
Tren digital marketing 2026 didorong oleh tiga pilar utama: Artificial Intelligence (AI) untuk personalisasi dan efisiensi, pengalaman interaktif dan autentik (video, audio, dan interactive content lainnya) untuk membangun koneksi, serta privasi data dan pemasaran berbasis nilai-nilai etika sebagai fondasi kepercayaan dan koneksi lebih emosional dengan konsumen.
Dengan memahami dan mulai mengadopsi tren-tren ini, kamu dapat menyusun strategi yang tidak hanya relevan tetapi juga terbukti efektif untuk menjangkau audiens dan mendorong pertumbuhan bisnis di tahun mendatang.
Apakah kamu sudah mempersiapkan strategi untuk menyambut tren ini? Jika masih bingung bagaimana harus membuat strategi yang tepat untuk target market kamu, kamu dapat konsultasikan dengan Brandaya. Sebagai partner kamu, Brandaya menggabungkan kecerdasan data dengan pemahaman tren untuk menciptakan strategi efektif yang mampu mengungkap wawasan tersembunyi dan mendorong pertumbuhan bisnis kamu. Konsultasikan segera dan dapatkan free brand audit dari Brandaya.
Integrated brand and marketing solutions.
Contact Us
hello@brandaya.asia
© 2025. All rights reserved.


grow your brand with us
We are here to help you grow your brand and connect with your customers better, get in touch with us for free brand audit.