Penerapan NLP dan LLM dalam Marketing
Brandaya
8/27/20257 min read


Di era digital yang serba cepat ini, setiap merek berlomba-lomba untuk menarik perhatian konsumen. Namun, di tengah lautan konten dan iklan, kunci sukses bukan lagi seberapa keras kita berteriak, melainkan seberapa dalam kita memahami audiens. Berbagai kebutuhan kegiatan pemasaran seperti kemampuan untuk mendengarkan percakapan pelanggan secara masif, menciptakan pesan yang sangat personal, mengoptimalkan konten agar lebih mudah ditemukan oleh audiens, dan berinteraksi langsung dengan konsumen selama 24 jam kini lebih mendesak dari sebelumnya.
Di sinilah Natural Language Processing (NLP) dan Large Language Models (LLM) mengambil peran penting. Artikel ini akan membahas bagaimana kedua teknologi ini mendefinisikan ulang strategi pemasaran, membuka peluang baru untuk personalisasi, serta memberikan wawasan tentang masa depan marketing berbasis AI.
Apa itu NLP dan LLM serta Fungsinya dalam Marketing?
Natural Language Processing (NLP) adalah cabang dari AI yang memungkinkan mesin untuk memahami, menafsirkan, dan menghasilkan bahasa manusia. Dalam pemasaran, NLP berfungsi sebagai jembatan antara data tekstual (seperti ulasan pelanggan, postingan media sosial, dan email) dengan insight yang dapat ditindaklanjuti.
Fungsi utama NLP dalam marketing:
Analisis Sentimen: Memahami opini dan emosi pelanggan terhadap merek atau produk.
Ekstraksi Entitas: Mengidentifikasi informasi kunci seperti nama orang, lokasi, dan produk dari teks.
Mengkategorikan feedback pelanggan atau pertanyaan untuk penanganan yang lebih efisien.
Sementara Large Language Models (LLM) adalah evolusi dari NLP. LLM adalah model AI yang dilatih pada dataset teks yang sangat besar, memungkinkannya untuk melakukan tugas-tugas bahasa yang jauh lebih kompleks (seperti ChatGPT, Google Gemini, Grock, atau Claude).
Beberapa contoh apa yang LLM dapat lakukan dalam marketing:
Pembuatan Konten: Menghasilkan artikel blog, penulisan iklan, email, dan penulisan media sosial secara otomatis.
Personalisasi Tingkat Lanjut: Menciptakan pesan dan penawaran yang sangat personal untuk setiap individu.
Chatbot Cerdas: Membangun asisten virtual yang mampu melakukan percakapan yang alami dan kontekstual.
Revolusi AI dalam Marketing: Pergeseran dari Mencocokkan Kata Kunci ke Memahami Intensi Pelanggan
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) merevolusi pemasaran dengan mengubah cara paling fundamental dalam berinteraksi dengan pelanggan: dari sekadar mencocokkan kata kunci (keyword matching) menjadi memahami niat atau intensi (intent) di baliknya. Pergeseran ini adalah kunci yang memungkinkan komunikasi personal dalam skala masif (one-to-one communication at scale).
Era Lama: Ketergantungan pada Kata Kunci
Selama bertahun-tahun, strategi pemasaran digital, terutama SEO dan periklanan, sangat bergantung pada kata kunci. Pemasar akan menargetkan frasa spesifik yang mereka yakini akan diketik oleh calon pelanggan di mesin pencari. Contohnya, jika sebuah merek menjual sepatu lari, mereka akan membuat konten yang dipenuhi dengan kata kunci seperti "sepatu lari terbaik," "jual sepatu lari murah," atau "review sepatu lari."
Pendekatan ini memiliki keterbatasan besar. Ia gagal memahami konteks dan tujuan sebenarnya dari pengguna. Seseorang yang mencari "sepatu lari terbaik" bisa jadi seorang atlet profesional yang mencari sepatu untuk maraton, atau seorang pemula yang hanya ingin mulai jogging di sekitar komplek. Kebutuhan mereka sangat berbeda, namun pendekatan berbasis kata kunci memperlakukan mereka sama. Komunikasi yang dihasilkan terasa kaku dan sering kali tidak relevan.
Era Baru: Memahami Intensi dengan AI
Di sinilah AI, khususnya Natural Language Processing (NLP) dan Large Language Models (LLM), mengubah permainan. Teknologi ini tidak lagi hanya "melihat" kata kunci, tetapi "memahami" bahasa manusia layaknya seorang asisten yang cerdas.
1. Memahami Konteks dan Nuansa
AI mampu menganalisis keseluruhan kalimat dan paragraf untuk menangkap makna yang sesungguhnya. Berikut adalah contoh bagaimana AI dapat membedakan intensi pengguna dalam melakukan pencarian:
"Bagaimana cara memilih sepatu lari untuk kaki datar?" (Intensi: Edukasi/Informasi - pengguna sedang dalam tahap riset).
"Perbandingan Nike Pegasus vs. Brooks Ghost" (Intensi: Komparasi/Komersial - pengguna sedang membandingkan pilihan sebelum membeli).
"Promo sepatu lari Nike ukuran 42" (Intensi: Transaksional - pengguna siap untuk membeli).
2. Mengenali Sentimen dan Emosi
Melalui analisis sentimen, AI dapat mendeteksi emosi di balik teks, seperti ulasan produk, komentar media sosial, atau email. Contohnya, sebuah merek dapat secara otomatis mengidentifikasi percakapan pelanggan yang frustasi ("Sepatu pesanan saya belum sampai juga, kecewa sekali!") dan memprioritaskannya untuk ditangani oleh tim layanan pelanggan dengan respons yang empatik sesuai dengan konteks yang dikeluhkannya, alih-alih meresponsnya seperti keluhan biasa (balasan yang generik).
3. Memungkinkan Komunikasi Personal Skala Besar
Dengan pemahaman mendalam tentang intensi dan sentimen, AI memungkinkan brand untuk melakukan komunikasi yang lebih personal dan relevan bagi setiap individu, bahkan jika audiensnya berskala jutaan orang.
Konten yang Adaptif
Website dapat secara dinamis menampilkan artikel tentang "Tips Memulai Lari untuk Pemula" kepada pengunjung yang menunjukkan intensi informasional, dan menampilkan halaman produk yang sedang diskon kepada pengunjung yang menunjukkan intensi transaksional.Iklan yang Lebih Cerdas
Iklan tidak lagi hanya menargetkan kata kunci, tetapi menargetkan pengguna berdasarkan intensi yang mereka tunjukkan dari riwayat penelusuran atau perilaku online mereka.Layanan Proaktif
Chatbot yang didukung AI dapat memahami pertanyaan kompleks pengguna dan memberikan solusi yang dipersonalisasi sesuai konteks, bukan sekadar jawaban template. Penggunaan AI dalam layanan ini memungkinankan perusahaan dapat menjawab pertanyaan dalam skala besar dalam satu waktu sekaligus.
Bagaimana NLP dan LLM Dapat Diimplementasikan dalam Marketing
1. Social Media Listening dan Brand Monitoring
Dulu, social listening memang sudah dibantu oleh NLP, namun perannya lebih mirip seperti filter kata kunci yang kaku. Sistemnya hanya dilatih untuk mengekstrak dan mengkategorikan mention berdasarkan kata-kata spesifik seperti "kecewa," "bagus," atau "mahal." Akibatnya, analisis yang dihasilkan seringkali dangkal dan gagal menangkap konteks. Contohnya kalimat "Wah, bagus ya pelayanannya, pesananku baru sampai sebulan kemudian," akan salah terbaca sebagai sentimen positif hanya karena ada kata "bagus", padahal kita paham bahwa kalimat ini adalah sebuah keluhan bernada sindiran atau sebuah satir.
Kini, dengan hadirnya LLM, kemampuannya melesat jauh. Social media listening tidak lagi sekadar "melacak kata kunci," melainkan benar-benar "memahami percakapan." LLM mampu mengerti nuansa, sarkasme, dan bahkan niat tersembunyi di balik sebuah keluhan atau pujian.
Transformasi: Alih-alih hanya melacak penyebutan (mentions), AI kini menganalisis jutaan percakapan publik untuk mengidentifikasi pola, sentimen, dan tren yang baru muncul. Ini mengubah tim pemasaran dari sekadar pendengar pasif menjadi ahli strategi yang proaktif. Mereka dapat memprediksi pergeseran pasar, memahami "mengapa" di balik sentimen pelanggan, dan menemukan pain points yang bahkan belum disadari oleh pelanggan itu sendiri.
Contoh Penerapan: Dengan tools seperti Brandwatch atau Talkwalker, sebuah perusahaan minuman dapat mendeteksi percakapan yang sedang tren tentang "minuman sehat rendah gula" di kalangan audiens Gen Z. Sebelum pesaing menyadarinya, mereka bisa langsung mengarahkan tim R&D untuk inovasi produk atau meluncurkan kampanye yang relevan. Ini adalah salah satu contoh bagaimana penciptaan peluang pasar berbasis data dapat menjadi lebih efektif.
Selain menggunakan tools di atas, kamu juga dapat berkolaborasi dengan Brandaya untuk untuk mendapatkan insight dari Social Media Listening. Brandaya adalah konsultan merek dan pemasaran, kami tidak hanya memberikan data yang sudah dibersihkan dan diolah, tapi juga membantu kamu memahaminya. Dengan layanan social media listening, kami dapat membantumu menemukan wawasan berharga untuk mendorong pertumbuhan bisnis.
2. Hyper-Personalized Campaigns
Pemasaran berbasis segmen (contoh: "wanita, usia 25-35, tinggal di kota besar") sudah usang. LLM memungkinkan terobosan terbesar dalam personalisasi: menciptakan narasi unik untuk setiap individu, dalam skala yang tak terbatas.
Transformasi: LLM mampu menggunakan data konsumen untuk membuat konten yang relevan secara pribadi. Bukan lagi sekadar menyisipkan nama depan di dalam email, tetapi bagaimana teknologi ini dapat menyusun pesan, penawaran, dan konten yang terasa seolah-olah dibuat khusus untuk satu orang.
Contoh Strategis: Spotify Wrapped adalah contoh paling fenomenal. Kampanye ini berhasil karena tidak hanya menyajikan data, tetapi juga membangun identitas yang terpersonalisasi sesuai dengan penggunanya. Dengan kalimat seperti "Kamu adalah salah satu dari 1% pendengar teratas," Spotify mengubah data menjadi status sosial. AI di sini tidak hanya mempersonalisasi konten, tetapi juga memvalidasi selera dan identitas pengguna, menciptakan ikatan emosional yang sangat kuat dan mendorong mereka untuk menjadi loyal terhadap brand tersebut secara sukarela.
3. SEO & Strategi Konten
Cara orang mencari informasi di Google telah berubah. Dulu, orang mungkin hanya mengetik 'resep kue cokelat'. Sekarang, mereka bertanya lebih detail, seperti 'resep kue cokelat tanpa oven yang mudah untuk pemula'. Google pun beradaptasi. Algoritma mereka tidak lagi hanya mencari halaman yang paling banyak menyebutkan satu kata kunci, tapi mencari situs yang bisa menjawab semua kemungkinan pertanyaan terkait topik tersebut.
Inilah sebabnya, perlombaan untuk sekadar menjadi nomor satu untuk sebuah kata kunci sudah tidak relevan. Google kini lebih menghargai situs yang memiliki otoritas dan menjadi 'ahli' dalam topik yang dimaksud, yang dimana pembahasannya paling lengkap dan mendalam untuk satu topik tertentu dan mampu menjawab pertanyaan (query) yang disampaikan oleh pengguna.
Transformasi: AI memungkinkan pemasar untuk beralih dari "menulis artikel" menjadi "membangun ekosistem konten." Tools AI tidak hanya menyarankan kata kunci, tetapi memetakan seluruh "kluster topik" seperti pertanyaan, subtopik, dan masalah terkait yang dimiliki audiens. Dengan mengisi setiap celah (content gap) dalam kluster tersebut, sebuah brand dapat memposisikan dirinya sebagai sumber informasi terlengkap dan paling tepercaya.
Contoh Strategis: Menggunakan platform seperti Writesonic, tim konten bisa melewati tahap riset yang memakan waktu. Mereka langsung diberi 'contekan' berisi analisis pesaing, pertanyaan audiens yang perlu dijawab, dan kerangka tulisan yang sudah dioptimalkan. Dengan cara ini, konten yang dihasilkan jauh lebih kaya akan jawaban pengguna. Tujuannya bukan lagi sekadar cocok dengan satu kata kunci, tapi menjadi jawaban paling lengkap untuk sebuah topik. Konten seperti inilah yang disukai oleh audiens dan dianggap berkualitas tinggi oleh Google.
4. Conversational Marketing
Situs web seharusnya tidak menjadi sekadar brosur digital; ia harus menjadi mesin konversi dan interaksi yang paling andal. Chatbot yang didukung LLM adalah "staf asisten" yang dapat mewujudkan transformasi ini.
Transformasi: Chatbot cerdas mengubah pengalaman pengguna dari monolog (pengguna membaca konten) menjadi dialog (pengguna berinteraksi dengan brand). Mereka dapat memahami kebutuhan, memberikan rekomendasi, menjawab keluhan, dan memandu pengguna ke langkah berikutnya, baik itu menjadwalkan demo atau melakukan pembelian, dengan penulisan respon yang natural dan sesuai dengan konteks.
Contoh Strategis:
Sephora Virtual Artist menunjukkan bagaimana AI dapat menciptakan pengalaman yang imersif (B2C). Chatbot ini bukan sekadar menjawab pertanyaan, tetapi berfungsi sebagai konsultan kecantikan pribadi yang meningkatkan kepercayaan diri pembeli dan mengurangi keraguan dalam pembelian.
HubSpot Chatbot adalah contoh bagaimana AI mendorong efisiensi (B2B). Ia secara otomatis menyaring ribuan pengunjung situs, mengidentifikasi prospek berkualitas tinggi, dan langsung menghubungkan mereka dengan tim penjualan. Ini secara dramatis mempersingkat siklus penjualan dan memastikan sumber daya manusia dapat difokuskan pada tugas yang jauh lebih penting.
Kesimpulan
Adanya revolusi Artificial Intelligence (AI) membuat pemasaran digital kini bukan lagi soal menargetkan kata kunci yang sekiranya akan dicari oleh calon pelanggan kita di internet, melainkan tentang memahami intensi atau apa yang benar-benar diinginkan oleh mereka. Dengan bantuan teknologi AI seperti NLP dan LLM, kita bisa menganalisa percakapan online audiens sesuai konteks pembicaraan, memungkinkan kita untuk dapat menciptakan kampanye yang sangat personal sesuai setiap kepribadian audiens, konten yang relevan dengan mereka, dan menghadirkan interaksi cerdas yang membangun loyalitas antara merek dan pelanggan.
Sebagai partner kamu, Brandaya menggabungkan kecerdasan data dari media listening dengan pemahaman tren untuk menciptakan strategi efektif yang mampu mengungkap wawasan tersembunyi, memicu gelombang viralitas, dan mendorong pertumbuhan bisnis kamu. Konsultasikan segera dan dapatkan free one week insight report dari Brandaya.
Integrated brand and marketing solutions.
Contact Us
hello@brandaya.asia
© 2025. All rights reserved.


grow your brand with us
We are here to help you grow your brand and connect with your customers better, get in touch with us for free brand audit.